fakultasekonomi . universitas sumatera utara medan . skripsi . prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan analisa model z-score altman pada perusahaan . makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei) . oleh : nama : harry j.k.p. sibarani . nim : 060503062 . departemen : akuntansi . guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Setelahlulus, Jogi Hendra Atmadja bersama dengan Drs. Raden Soedigdo dan Jr. Darmawan Kurnia mendirikan PT Mayora Indah pada tanggal 17 Februari 1977 di Jakarta. PT Mayora lndah memproduksi makanan ringan. Salah satu produk andalannya yaitu biskuit "Roma Kelapa". Di akhir tahun 1980-an, PT Mayora Indah kemudian melakukan ekspansi bisnis dengan
JAKARTA– Sosok di balik bisnis permen Kopiko asal Indonesia menarik diketahui. Sebab permen Kopiko kembali viral usai pertemuan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan Elon Musk di Amerika Serikat (AS).
Fast Money. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID GGEZatytql5xLERTuavQkMXNWzXqI8o0fdPQP7ccEluHL_VpPgffhg==
Ricky Afrianto, Direktur Pemasaran Global Mayora Indah Awalnya, merupakan industri rumahan yang memproduksi biskuit kelapa Roma, biskuit sejuta umat. Dalam perjalanannya, berkembang menjadi perusahaan fast moving consumer goods FMCG terkuat di Tanah Air. Itulah PT Mayora Indah Tbk. berbentuk badan usaha pada 17 Februari 1977, yang didirikan oleh Jogi Hendra Atmadja 74 tahun, seorang dokter dari Universitas Trisakti, bersama Drs. Raden Soedigdo dan Ir. Darmawan Kurnia. Perusahaan yang berkantor awal di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, ini berkembang menjadi kelompok usaha yang terus melakukan ekspansi. Ekspansi Mayora tak hanya dalam produk biskuit, tetapi merambah segala varian makanan dan minuman, mulai dari wafer, cokelat, permen, kopi sachet, makanan instan, hingga air minum dalam kemasan. Di tangan generasi kedua, Andre Sukendra Atmadja, Hendarta Atmadja, dan Wardhana Atmadja, kiprah Mayora semakin kokoh dengan jati dirinya sebagai perusahaan yang tidak pernah berhenti berinovasi mengeluarkan produk baru. Ya, setiap kali menampilkan iklan di televisi, slogan “Satu Lagi dari Mayora” selalu muncul di akhir iklan. Slogan pemasaran ini mengisyaratkan selalu ada produk baru dari perusahaan makanan dan minuman di Indonesia tersebut. Ricky Afrianto, Direktur Pemasaran Global Mayora Indah, mengatakan, inovasi memang menjadi DNA Mayora. Bagi perusahaan dengan lebih dari 30 ribu karyawan ini, inovasi yang dilakukan adalah yang bertumpu pada sasaran meningkatkan kualitas produk. Inovasi yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. “Passion Mayora bukan bersaing dengan kompetitor, melainkan bagaimana memberikan kepuasan bagi konsumen,” kata Andre Atmadja, CEO Mayora Indah, tandas. Pesan Andre yang disampaikan kepada anak buahnya yaitu jangan sekali-kali membohongi konsumen. “Bagaimana konsumen mau kembali mencoba makanan yang kita tawarkan kalau kita tidak bisa dipercaya?” begitu ujarnya. Andre meyakini bahwa produk yang sukses adalah produk yang berhasil memuaskan dan memberikan value kepada konsumen. Untuk itu, Andre mengajarkan prinsip-prinsip bisnis yang harus dijalankan dan menjadi landasan kerja di Mayora. Prinsip pertama, fokus pada kualitas. Seperti terungkap di atas, kualitas adalah prinsip utama dalam inovasi dan pengembangan produk. Prinsip kedua, efisien. “Kami diarahkan jangan pernah berharap konsumen membayar ketidakefisienan perusahaan,” ujar Ricky. Salah satu contoh, keputusan menaikkan harga tanpa memikirkan konsumen dan kualitas. “Proses bisnis yang tidak efisien, beriklan yang tidak efektif, pasti akan dihindari Mayora karena konsumen akan membayar ketidakefisienan itu,” ungkap Ricky yang sudah lebih dari lima tahun bergabung dengan Mayora. Prinsip ketiga, terus berinovasi. Pasalnya, Mayora tidak percaya pada kondisi pasar yang lesu. “Kalau pasar lesu, kami tidak menyalahkan konsumen, pemerintah, atau pihak lain. Justru kami harus berupaya agar konsumen tertarik membeli produk kami,” inilah value dari Andre yang selalu ditanamkan pada anak buah. Hal itu terbukti dapat menjaga pasar terus bergairah dengan inovasi, baik dalam produk maupun komunikasi. “Terbukti hasilnya membuat bisnis Mayora berhasil tumbuh double digit terus dalam tiga tahun terakhir,” lanjut Ricky yang menargetkan, hingga akhir 2020 dapat meraih penjualan sebesar Rp 27,5 triliun. Mayora berkeyakinan, potensi dan peluang pasar bisnis pangan di Indonesia dan di mancanegara masih sangat potensial. Bahkan, hingga beberapa tahun ke depan, Mayora begitu yakin akan masih berkembang dengan sangat baik. Optimisme ini bukan asal-asalan. Betapa tidak. Total populasi di ASEAN di atas 600 juta jiwa, sementara populasi di Indonesia lebih dari 260 juta jiwa, sekitar 40%-nya. “Artinya, pasar masih terbuka sangat luas, dengan sebaran kota hingga pedalaman. Potensi pasar makanan dan minuman masih sangat luar biasa,” kata Ricky. Ia menambahkan, Mayora bukan lagi melayani pasar lokal. “We are a global company, that trully from Indonesia. Kami ini perusahaan global, yang asli berasal dari Indonesia,” katanya tandas. Size business perusahaan saat inig mencapai US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 35 triliun. “We are not only selling the products that we are proud of”, prinsip inilah yang selalu dipegang teguh Andre. Moto itu diyakininya berhasil mengantarkan produk-produk Mayora menjadi pemimpin pasar dan berusia panjang. Biskuit Roma, misalnya, seusia dengan perusahaan ini. Namun, karena prinsipnya bukan sekadar menjual produk, dari segi produk ataupun cara komunikasinya pun dibuat harus relevan dengan kondisi pasar saat ini dan tetap muda. Caranya? “Kami menawarkan pengalaman makanan yang lebih lagi dengan mengeluarkan produk terbaru, Roma Arden, dengan rasa cokelat yang melted lumer,” ungkap Ricky. “Tim marketing harus memahami keadaan konsumen saat ini, memahami dunia digital mengingat saat ini sedang menjadi tren. Jangan sampai brand ketinggalan zaman,” katanya. Sehingga, tambahnya, konsumen tetap bangga terhadap produk Mayora. Contoh lain lagi, strategi yang digunakan Mayora dalam mengantarkan produk Teh Pucuk Harum menjadi pemimpin pasar teh siap minum non-cup jasmine dengan pangsa pasar 48% per Oktober 2017. Tidak hanya Teh Pucuk Harum, produk Le Minerale yang baru berusia dua tahun tercatat menjadi pemain terbesar nomor dua di kategori air minum dalam kemasan AMDK berdasarkan data Nielsen Retail Audit-YTD Oktober 2017. Pencapaian Mayora Beverages dalam industri FMCG tak lepas dari kecepatan dan ketepatan Mayora dalam membaca pasar. Meski 2017 menjadi tahun yang cukup berat bagi pemain FMCG, Mayora Beverages berhasil menunjukkan performa yang kuat, dengan tumbuh lebih dari 30%. “Selama kami melihat dari sisi peluang, walaupun pasar mengalami penurunan, pemain masih bisa memaksimalkan pertumbuhan jika didukung dengan tim yang kuat,” demikian prinsip yang diyakini Mayora. Mayora terus berupaya memahami pergerakan yang terjadi pada konsumen. Bentuk eksekusi yang dilakukan disesuaikan dari sisi harga yang affordable bagi semua segmen. Inovasi disertai customer engagement yang kuat terus dilakukan sejalan dengan pergeseran yang terjadi. Intinya, Mayora berusaha membangun emotional experience pada setiap kampanye yang diluncurkan. Untuk Le Minerale, umpamanya, demi membangun kedekatan gaya hidup sehat dengan produk mereka, berbagai aktivitas olahraga seperti Gerakan Indonesia Sehat dilakukan sebagai sarana membangun emotional experience. Adapun Teh Pucuk Harum menghadirkan keunikan experience bagi segmen konsumen yang lebih muda dengan memberi kesempatan bagi anak-anak mencoba menjalankan proses produksi Teh Pucuk Harum di Kidzania. Kunci semua itu, Mayora mencanangkan Strategi 3P Winning Product, People, and Process. Winning Product maksudnya tidak akan menjual produk yang tidak membuat bangga. Winning People tentu saja terkait dengan rekrutmen SDM pilihan karena mereka adalah talenta-talenta yang akan menjadi pemimpin Mayora masa depan. Dan, Winning Process terkait dengan menjamin rantai pasok secara efektif dan efisien. Selain itu, secara khusus Mayora juga membuat sistem di pemasaran dengan Mayora Marketing Way. Sebuah panduan bagi para talenta Mayora, terutama di bagian pemasaran, bagaimana jalan sukses memenangi pasar FMCG, yang tersedia lengkap dan mudah diakses. Salah satunya bisa dilihat melalui ponsel. “Melalui aplikasi ini, semua bisa meningkatkan kapasitasnya,” kata Ricky. Selain Mayora Marketing Way, ada juga Mayora Sales Way. Sebagai perusahaan FMCG, Mayora harus membangun jaringan distribusi yang kuat dan rapi. Selain itu, sebagai perusahaan global, rantai pasok pun harus adaptif, fleksibel. “Pasokan bahan baku harus ada terus bagaimanapun kondisinya. Kalau kita melihat dunia ini satu supply chain, kami akan mudah mendapat pemasok atau bahan terbaik,” kata Ricky optimistis. Prinsip Mayora karena Mayora ada di Indonesia, sebisa mungkin produksi di Indonesia, bahan baku juga didapat di Indonesia, sehingga semuanya menggunakan pasokan dari dalam negeri, kecuali gandum yang memang susah didapatkan di Indonesia. Ini penting untuk kelangsungan rantai pasok sekaligus saling memberikan nilai tambah. Karena itu, Mayora membangun kerjasama dengan petani. Misalnya, untuk kopi, Mayora menggandeng petani kopi dan membantu mereka meningkatkan kualitas kopi. Ada program khusus untuk petani dalam meningkatkan produktivitas. “Visi dan misi kami, Mayora harus memberikan value kepada semua stakeholer di mana pun perusahaan beroperasi,” kata Ricky meneruskan values yang disampaikan manajemen. Prinsip yang ditegaskan pendiri perusahaan ini tidak boleh egois, hanya berpikir sendiri. “Jangan sampai kami happy, yang lain tidak. Harus fair, memperlakukan orang layaknya manusia,” demikian pesan sang pendiri. Dengan demikian, cara kerja perusahaan pun harus dilandasi prinsip tersebut. Kalau Mayora maju, Indonesia juga harus turut maju dan bangga. Seperti ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Mayora, perusahaan ini menginformasikan bahwa bahwa yang diekspor adalah produk bernilai tambah dengan merek asli Indonesia. Ini menunjukkan bahwa produk-produk Mayora menjadi pemimpin pasar, bukan saja di pasar lokal, tetapi juga di luar negeri, dan mereknya adalah asli merek Indonesia. “Kami bukan sekadar menjadi tukang jahit, tapi mengekspor produk Mayora dengan merek kami sendiri. Mayora itu produk yang kami ekspor 50% dari seluruh kapasitas produksi dan 100% produk tersebut menggunakan merek Mayora.,” kata Ricky. Ia menegaskan bahwa Mayora tetap merek asli Indonesia Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa sebagai merek Indonesia, Mayora tidak kalah bersaing dengan produk luar. Indonesia memiliki produk bagus, meskipun masih kurang dalam hal pemasaran. Ricky mengatakan, belum lama ini terjadi viral foto di NASA tim astronot berfoto, dan ada produk Kopiko di meja mereka. Hal itu membuktikan bahwa produk Mayora berkualitas, tidak hanya enak, sehingga astronot pun diperbolehkan membawa produk Mayora hingga ke luar angkasa. Memang harus diakui, tantangan ke depan tidak mudah. Target Mayora, menjadi salah satu perusahaan terbesar di industri FMCG dunia dalam sepuluh tahun ke depan. “Saat ini sudah mendunia, tapi kami ingin Mayora sebagai perusahaan Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Ricky penuh keyakinan. * Dyah Hasto Palupi/Herning Banirestu
– PT Mayora Indah Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman dengan +/- 50 merek yang telah dihasilkan. Mayora dapat disebut juga sebagai salah satu market leader di industri makanan dan minuman olahan karena berhasil memproduksi berbagai brand yang menjadi pelopor di kategorinya masing-masing, seperti Astor, Beng-Beng, Choki Choki, Energen dan Kopiko. Sejarah Berdirinya Mayora PT Mayora Indah didirikan oleh Jogi Hendra Atmadja bersama dengan Drs. Raden Soedigdo dan Ir. Darmawan Kurnia pada tanggal 17 Februari 1977 di Jakarta. Sejak awal berdirinya, produk andalan perusahaan adalah biscuit Roma Kelapa yang kala itu bersaing ketat dengan biscuit khong Guan yang sudah lebih dahulu terkenal di pasaran. Setelah sukses dengan Biskuit Roma Kelapa, pada tahun 1980an perusahaan melakukan ekspansi dengan memproduksi permen rasa kopi pertama di Indonesia yaitu Kopiko yang kemudian juga laris do pasaran. Tidak hanya inovasi makanan ringan saja, pada tahun 2011 perusahaan mengeluarkan produk Teh Pucuk harum untuk bersaing dengan Teh Botol Sosro yang sudah terlebih dahulu menguasai pasar. Ekspansi juga dilakukan oleh Mayora melalui PT Tirta Fresindo Jaya dengan memproduksi air minuman dalam kemasan dengan merek Le Minerale pada tahuun 2016. Saat ini sudah memiliki 7 pabrik yang dibangun untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor. Saat ini produk mayora tersebar di 5 benua di dunia dan diekspor lebih ke 100 negara. Bahkan pasar ekspor ini berkontribusi hamper 50% terhadap total penjualan Mayora. Beberapa produk Mayora di luar negeri juga berhasil menjadi pemimpin pasar seperti permen Kopiko di Filipina dan Vietnam, Beng Beng dan Energen di Thailand dan Filipina. Perkembangan perusahaan ini juga ditandai dengan dilakukannya penawaran saham perdananya kepada public sejak tahun 1990 dengan kode emiten MYOR. Beberapa produk dari PT. Mayora Indah Tbk Sebagai salah satu Fast Moving Consumer Goods Companies, PT. Mayora Indah Tbk telah membuktikan dirinya sebagai salah satu produsen makanan berkualitas tinggi dan telah mendapatkan banyak penghargaan, diantaranya adalah “Top Five Best Managed Companies in Indonesia” dari Asia Money, “Top 100 Exporter Companies in Indonesia” dari majalah Swa, “Top 100 public listed companies” dari majalah Investor Indonesia, “Best Manufacturer of Halal Products” dari Majelis Ulama Indonesia, Best Listed Company dari Berita Satu, “Indonesia’s Corporate Secretary Award, Top 5 Good Corporate Governance Issues in Consumer Goods Sector, dari Warta Ekonomi dan banyak lagi penghargaan lainnya.sumber
mayora indah drs raden soedigdo